Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Artikel ini merangkum kisah masuknya agama Yahudi dan Nasrani ke Jazirah Arab secara runut berdasarkan ceramah dalam kajian sejarah Islam.
Masuknya Agama Yahudi ke Jazirah Arab
Kisah ini dimulai dari seorang raja Yaman bernama Rabiah bin Nashr yang bermimpi tentang kobaran api menghancurkan seluruh wilayah Yaman dan Jazirah Arab, kecuali sebagian kecil daerah. Para peramal menafsirkan mimpi itu sebagai tanda akan datangnya nabi terakhir dari Bani Ismail. Maka, sang raja mengungsikan anak-anaknya ke wilayah Irak.
Generasi berikutnya muncul Tuba’an As’ad, raja kuat dan berpengaruh. Saat melewati Yatsrib, anaknya terbunuh dalam konflik. Ia lalu mengepung kota itu, namun warga memperlakukannya dengan baik. Dua pendeta Yahudi menjelaskan bahwa kota tersebut akan menjadi tempat hijrah nabi terakhir, sebagaimana disebut dalam Taurat. Tuba’an pun masuk agama Yahudi dan membawa dua pendeta ke Yaman. Melalui mukjizat dan dakwah, rakyat Yaman pun masuk agama Yahudi.
Masuknya Agama Nasrani ke Jazirah Arab
Datang seorang pendeta dari Syam bernama Fimyun yang ditawan dan dijual sebagai budak ke Najran. Di sana, ia menunjukkan karamah seperti menghancurkan pohon keramat dengan doa. Rakyat Najran akhirnya masuk agama Nasrani. Murid Fimyun bernama Abdullah bin Tsa’labah melanjutkan dakwah.
Kemudian naiklah Dzu Nuwas sebagai raja zalim yang sebelumnya Yahudi lalu mengaku sebagai tuhan. Ia memaksa rakyat menyembahnya. Yang menolak, disiksa dan dibunuh.
Kisah Pemuda Wadoh dan Tragedi Ashhabul Ukhdud
Muncul seorang pemuda bernama Wadoh yang awalnya belajar sihir tapi kemudian mengenal tauhid dari rahib Nasrani. Ia bisa menyembuhkan orang sakit berkat doanya. Saat raja mencoba membunuhnya berkali-kali dan gagal, Wadoh berkata: “Kau hanya bisa membunuhku jika menyebut nama Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Raja mengikuti saran itu, dan Wadoh wafat sebagai syuhada.
Namun rakyat justru beriman. Murka, Dzu Nuwas menggali parit-parit api dan membakar siapa pun yang tetap beriman. Jumlah korban dalam tragedi ini diperkirakan mencapai 20.000 orang. Peristiwa tragis ini diabadikan dalam Surah Al-Buruj: “Mereka hanya menyiksa orang-orang itu karena beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”
Kisah Bayi yang Berbicara
Di antara korban adalah seorang ibu yang digiring ke tepi parit sambil menggendong bayinya. Ia ragu karena kasihan pada anaknya. Namun Allah memberi karamah: sang bayi berbicara dan berkata, “Wahai ibuku, bersabarlah, sesungguhnya engkau di atas kebenaran.”
Ibu itu pun mantap melompat ke dalam kobaran api, menjadi syahid bersama bayinya.
Daus Dzu Salaban, Satu-satunya Orang Selamat
Dalam tragedi itu, hanya satu orang yang selamat: Daus Dzu Salaban. Ia berhasil melarikan diri dari pembantaian dan dengan keberanian luar biasa, ia berenang menyeberangi Laut Merah hingga sampai ke Afrika. Di sana, ia mengadukan kekejaman Dzu Nuwas kepada Raja Habasyah (Ethiopia) dan meminta bantuan untuk menyelamatkan kaum Nasrani dari genosida.
Kisah Abraha dan Iryad
Raja Habasyah mengutus dua jenderalnya: Abraha dan Iryad, untuk menyerang Yaman dan menumbangkan kekuasaan Dzu Nuwas. Mereka menyeberangi Laut Merah dengan armada pasukan besar. Dalam peperangan itu, Abraha dan Iryad berbeda pandangan. Mereka pun berduel, dan Iryad terbunuh oleh Abraha. Sejak saat itu, Abraha menjadi penguasa Yaman yang baru di bawah kekuasaan Habasyah.
Abraha lalu membangun gereja megah di kota Sana'a, ibu kota Yaman, untuk menyaingi Ka'bah di Makkah. Ia ingin mengalihkan pusat ziarah umat dari Makkah ke Sana'a. Namun upaya ini gagal, hingga akhirnya ia memimpin pasukan gajah untuk menyerang Ka'bah. Peristiwa ini dikenal dengan Tahun Gajah, yaitu tahun kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Allah mengirim burung Ababil untuk menghancurkan pasukan tersebut sebagaimana diabadikan dalam Surah Al-Fil.
Penutup
Agama Yahudi dan Nasrani sudah lama ada di Jazirah Arab sebelum Islam datang. Bahkan sebagian ahli kitab mengetahui ciri-ciri Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, namun menolak risalah beliau karena fanatisme dan kedengkian.
Kisah Tuba’an As’ad, Fimyun, Wadoh, dan Daus Dzu Salaban adalah contoh perjuangan iman dan pengorbanan luar biasa dalam menegakkan tauhid. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran darinya dan terus memohon keteguhan hati dalam keimanan.
Wallahu a’lam bish-shawab.
0 komentar:
Posting Komentar